HOLAN TUBU NATADING DISI
Duduk di puncak Simarjarunjung
Diberanda sopo sopo di bawah bulan
Berdua
Dalam panorama
danau toba bulan
Lelampauan desa dan kapal
ia biarkan bulan dan lelampauan
Menyibak kelam danau
Sambil ia sibak
Lapis lamapau
yang melapis
melipat dalam kenangan
Pulau Samosir di depan
Hanya sepelempar tangan
Cahaya desa tomok
Tampak masih
meski dalam kelam
Terang lelampauan kapal
Menyergap Tomok
Merompak dominasi bulan
Toba Samosir Kabupaten
Lelah bulan menyerahkan
Memandang Samosir
membesar lewat pasir Kabupaten
Ia ingat orang Batak
menikam banyak pulau
semakin banyak berlubang
ia simpan sedih Samosir (holan tubu na tading disi)
dalam oartanya
Ia lunjurkan kedua kaki
Kakinya sampai ke Samosir
Ia rentangkan satu tangannya
meraih selembar daun sirih
Ia harus berjaga-jaga
Mana tahu penguasa danau
Merompak kenangan
Maka ia goyang-goyangkan jemarinya
Seakan membuat kuda-kuda
Sambil menuang gelas kenang
Ke dalam kerongkongan jiwa
Ia tersenyum
pada masa kanak
dengan angan panjang dan biduk kecil
Mencoba mansing mujahir raksasa
Agar diseret sampai seberang sana
Kini sering mancing kata
Namun kata-kata selalu
Yang menangkapnya
Tor tor dangdut
Bulan senyum
Ingin menggoda pula
Mengirim gerimis gondang
Lebih segar dibanding
Gerimis dalam puisi gorga sianipar
Pareman kontongmenyergap dari belakang
ikut ketawa
ia biarkan sepoi rupiah
menuangkan kedalam
piring pareman
Sambil membiarkan
air terjun kelam
memajat lembut
sarang tawa
ai....amang
Malam semakin larut
Kafe kristin semakin menyanyi
ditingkah lenting gitar
tawa dan canda rayu
campur sangsang dan aroma tuak
teman-teman gantian
miring dan rada goyang
maju ke depan mikrofon
menyanyikan trio ambisi
dengan suara sumbang
Ia yang telah melewati kearifan tuak
Tidak lagi acuh pada minuman
Mereka mengacungkan gelas
Ia membalas dengan senyuman
Lantas meraih mikrofon
Ia lontarkan serak seruling
Sambil menyimpan rintih samosir
Dalam kerongkongannya
tuani sianipar
SELAMAT NATAL
Rabu, Juni 17, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar