Rumah Kulit Kayu
Rumah Kulit Kayu adalah lanjutan mata rantai dari priodesasi dari masa pra sejarah dimasa itu manusia tinggal di goa-goa. Di Kutai beberapa goa-goa seperti Goa Kelawar, Batu Gelap dan yang lebih dikenal adalah Goa Kombeng.
Kehidupan di goa berangsur-angsur mulai ditinggalkan ketika memasuki awal masa sejarah abad ke I Masehi. Kehidupan masyarakat mengalami perkembangan dengan kelompok-kelompok menuntut akan tempat tinggal yang layak, kemudian mereka berbekal pengetahuan seadanya dan peralatan yang terbatas terciptalah sebuah bangunan khas dengan memanfaatkan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitarnya.
Pengaruh dari pergantian masa pra sejarah ke masa sejarah juga terjadi di Kutai. Terlihat jelas pada rumah khas Kutai Kulit Kayu, masyarakat di Kutai menggunakan bahan-bahan disekitarnya seperti Kayu Sungkai, Kulit Kayu Haur (Petung) dan Daun Nipah. Rumah Kayu Kulit berfungsi sebagai tempat tinggal penghuninya dari sengatan sinar matahari, hujan, angin dan gangguan hewan liar.
Rumah DAUN
Rumah Daun merupakan babak kedua cikal bakal rumah khas KLutai, masa sebelumnya mereka menebang pohon-pohon untuk mendapatkan kulit, tentu akan merusak lingkungan. Dengan pengetahuan dan pemahaman akan kesadaran betapa pentingnya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Masyarakat di Kutai mulai mencari bahan alternative bahan yang mudah diperoleh dan dari segi pemanfaatnya lebih praktis dibandingkan dengan kulit kayu.
Terlihat perbedaannya dengan rumah-rumah sebelumnya seperti pada dinding yang terbuat dari daun nipah, sedangkan bahan yang lainnya sama (Kayu Sungkai dan dasar papan). Rumah Daun mulai berkembang diperkirakan sekitar abad 16 Masehi dengan jumlah lebih banyak dari sebelumnya. Rumah ini berfungsi sebagai tempat tinggal serta mengelola hasil pertanian, perikanan, hutan dalam upaya mencukupi keperluan hidup sehari-hari.
Rumah PAPAN
Rumah Papan terbuat dari bahan kayu yang sudah diolah dengan peralatan yang lebih lengkap dengan cara manual jika dilihat dari bentuk dan ukuran bermacam-macam sesuai dengan penempatannya untuk bangunan rumah khas Kutai tetapi untuk bahan tongkat, tiang juga dasar dan dinding kadang-kadang menggunakan kayu telihan tetapi umumnya dasar menggunakan kayu kapur atau meranti dengan atap sirap ulin.
Rumah bentuk ini mulai berkembang sekitar abad ke 19. Rumah ini selain menurut fungsi sebelumnya seperti aktivitas sehari-hari juga menunjukkan status pemiliknya di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar