Persidangan Sinode Tahunan (PST) GPIB 2024

Persidangan Sinode Tahunan (PST) GPIB 2024 akan dilaksanakan di Musyawarah Pelayanan Kalimantan Timur II sebagai tuan rumah

Benda Budaya

BENDA BUDAYA
Perhiasan Kerajaan Kutai yang disimpan oleh Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Kalimantan Timur di samarinda ialah :

1.    KALUNG CIWA
                     Kalung yang terbuat dari emas ini diketemukan oleh penduduk disekitar Danau Lipan, Kecamatan Muara Kaman pada zaman pemerintahan Sultan Muhammad Sulaiman yang memerintah antara tahun 1850-1899. Oleh penduduk kalung ini diserahkan kepada sultan, yang kemudian dijadikan perhiasan Kerajaan dipakai oleh Sultan pada waktu diadakan erau (pesta adat), yang diadakan tiap tahun pada tanggal dan bulan Sultan dinobatkan sebagai Kutai Kertanegara Ing Martadipura.



2.     KALUNG UNCAL
                        Sebuah Kalung Uncal yang merupakan atribut dari kerajaan Mulawarman dipakai oleh raja dan Sultan Kutai setelah Kerajaan Mulawarman disatukan dengan kerajaan Kutai. Menurut sejarah India, Kalung Uncal tersebut ada kemungkinan sekali berasal dari India, sebab :
a.  Kalung ini dalam logat bahasa India disebut : UNCHELE, tyang adanya didunia ini hanya 2 (dua) buah atau sepasang, yakni sebuah untuk lelaki dan sebuahnya lagi untuk wanita;
b.  Kalung Uncal untuk wanita adalah kalungnya putri Dewi Sinta;
c.  Kalung Uncal yang sekarang ini ada dalam tangan pemerintah India hanya sebuah saja, sedangkan sebuahnya tidak diketahui entah dimana berada;
d.  Menurut keterangan salah seorang Duta India yang berkunjung ke Tenggarong dalam tahun 1945, Kalung Uncal yang ada didaerah Kutai lama ini sama besarnya, bentuknya dan rupanya dengan yang ada di India itu. Sehingga menurut perkiraannya, ada kemungkinan sekali bajwasannya Sang Raja Mulawarman Nala Dewa salah seorang keturunan dari raja-raja di India pada masa silam dan membawa Kalung Uncal itu ke daerah ini.

3.    KURA-KURA MAS
      Menurut riwayat, datanglah kepusat Kerajaan Mulawarman beberapa banyak rombongan perahu dari bangsa cina yang dikepalai oleh seorang Pangeran yang ingin memperistrikan  salah seorang putri raja yang bernam Aji Bidara Putih. Sesudah lamaran itu diterima, maka Pangeran itu menghantarkan barang pertandaanya (sorong tanda) yang berupa perhiasan-perhiasan dari mas-intan, termasuk kura-kura mas tersebut.

4     TALI JUWITA
Tali juwita adalah simbol dari sungai mahakam yang mempunyai muara sungai 7 buah dan 3 anak sungai yaitu sungai Kelinjau, Sungai belayan dan sungai Kedang Pahu.

Tali juwita ini dibuat dari benang yang banyaknya 3 x 7 helai, lalu dikuningi dengan kunyit untuk dipakai berpelas ketika upacara adat diadakan.

Adapun benda-benda budaya yang disimpan didalam Museum Mulawarman ialah:

5.    KERIS BURIT KANG
Keris ini asalnya adalah cucuk konde dari Aji Putri Karang Melenu. Menurut dongengnya, Aji Putri Karang Melenu tersebut diketemukan dalam sebuah gong bersama-sama dengan Keris Burit Kang itu dan haur kuning bertiang enam belas. Dan Balai ini terletak diatas tanduk seekor binatang yang muncul diperairan Kutai Lama, binatang yang disebut Lembu Suana. Lembu Suana ini mempunyai belalai seperti gajah, bertaji seperi ayam, bersayap seperti burung, bertanduk seperti lembu dan bersisik seperti naga.

Wujud Lembu Suana yang berupa Arca kuningan dapat dilihat dalam Museum Mulawarman yang jumlahnya 2 buah.

Adapun benda-benda budaya yang disimpan dalam muesum Mulawarman dewasa ini ialah :

1.  KELAMBU KUNING
Berbagai benda yang menurut kepercayaan orang-orang tua mengandung magis ditempatkan dalam Kelambu Kuning ini yakni :
a.    Kelengkang Besi
      Pada suatu hariketika hujan panas, petinggi yang tinggal disungai bengkalang (kecamatan Long Iram) yang bernama Sangkareak mendengar suara anak kecil yang sedang menangis. Dicarinya dan kemudian diketemukan seorang bayi yang berada didalam suatu tempat/wadah yang disebut kelengkang besi. Oleh Petinggi tadi anak tersebut dibawahnya pulang kerumah bersama dengan kelengkang besinya.

b.    Tajau (Guci/Molo)
       Tajau atau tempayan ini bernama majan yang dipakai untuk mengambil air waktu permulaan hendak memandikan Aji Batara dewa Sakti (Raja pertama dari Kerajaan Kutai Karatanegara : 1300-1325).

c.    Gong Raden Galuh atau Gong Maharaja Pati
    Tempat Aji Putri Karang Melenu bersama Keris Burit Kang diketemukan/didapat. Aji Putri Karang Melenu dalah permaisuri dari Aji Batara Agung Dewa Sakti. Gong besar ini dinamai juga Gong Maharaja Pati.

d.    Gong Bende (Canang Ponograh)
Gong kecil ini dipukul/dipalu bilamana ada sesuatu peraturan yang akan disiarkan, atau jika ada serangan musuh atau jika ada orang yang mengamuk dalam kota.

e.    Arca Singa Noleh
Arca singa Noleh pada mulanya adalah seekor bintang hidup yang sedang memakan beras lempukut yang baru ditumbuk oleh seorang wanita. Wanita ini menjadi marah dan binatang tersebut jatuh, terus menjadi pegawai (batu bercampur porselin) seperti keadaan sekarang.

f.     Keliau Aji Siti Berawan
Beliau  atau Perisai ini adalah yang selalu dipakai oleh Aji Siti Berawan, keluarga dari Sultan Kutai Kartanegara. Aji Siti Berawan disebut pahlawan wanita, karena selalu mempertahankan kerajaan dariserangan musuh. Mandau yang dipakainya dinamakan Mandau Piatu.



g.    Sangkoh Piatu
Sangkoh (lembing) ini dipakai pada waktu erau dan diikatkan pada tali Juwita dan Kain Cinde.

h.    Sangkoh Buntut Yupa
Lembing ini penjelmaan dari seekor ular yang ditemukan diujung pulau Yupa oleh seorang penduduk kampung sekitar pulau tersebut.

                        Disamping itu didalam Museum Mulawarman dapat pula dilihat berbagai macam koleksi barang merupakan data-data masa lampau, seperti misalnya:
a.  Benda-benda keramik buatan Tiongkok dari berbagai dinasti hubungan perdagangan yang ramai pada masa dahulu kala antara daerah ini dengan daerah daratan cina.
b. Tombak-tombak tua dari Kerajaan Majapahit, yang menyatakan adanya hubungan sejarah antara Kerajaan Kutai dengan Kerajaan Majapahit.
c. Seperangkat gamelan Gajah Prawoto, Topeng-topeng, Keris-keris, Pangkon-pangkon, benda-benda Keramik dari perak dan dari kuningan serta wayang kulit, kesemuanya memperlihatkan adanya hubungan kebudayaan dengan Kerajaan-kerajaan di Jawa, dimulai pada zaman Majapahit.
d.  Setinggil (Singgasana), baik yang dipakai pada waktu zamannya Sultan A.M.Sulaiman, maupun yang dipakai pada zaman Sultan A.M.Parikesit, payung umbul-umbul, geta (tempat peraduan penganten di Keraton), yang kesemuanya itu merupakan benda-benda mengingatkan kita kepada masa jayanya Kerajaan Kutai Kartanegara dimasa silam.
e.  Meriam Sapu Jagat dan Meriam Gentar Bumi. Meriam ini dipakai A.Keji Pati Jaya Prana gelar Pangeran Sinum Panji Mendapa menyerang Muara Kaman, yang dianggap mempunyai kekuatan daya sakti.
f.   Meriam Aji Entong bernama Latedong.
Meriam ini buatan VOC sesuai dengan tulisan yang terdapat pada Meriam tersebut. Aji Entong adalah bangsawan Bugis peranakan Kutai anak dari Pangeran Mangku Bumi saudara kandung dari almarhum Aji Mohamad Salehuddin, yang diberi hak tinggal di daerah Muara dengan kedudukan di Terantang Kecamatan Anggana, dengan tugas menjaga musuh yang datang melalui Muara atau laut dengan dipersenjatai meriam tersebut.
Dalam tahun 1932 seorang cucu pangeran Mangku Bumi A.Kanjo gelar Aji Mas Putra mengembalikan meriam itu kembali ke Keraton Tenggarong pada Aji Mohd.Parikesit, karena tugas menjaga Muara itu tidak perlu lagi.
g.   Meriam Seri Gunung
Meriam Seri Gunung inilah yang dipakai oleh Awang Long gelar Pangeran Senopati buat menembak kapal perang bangsa Inggris dan Belanda pada tahun 1844 yang datang menyerang Tenggarong. Tembakan Awang Long dengan mempergunakan Meriam Seri Gunung tersebut tepat mengenai kemudi kapal perang Inggris hingga kapal perang tersebut lari terus ke kuala/muara.


Benda-benda budaya lainnya yang disimpan didalam komplek Budaya Loka Taman Puskora Tenggarong ialah:
1. PATUNG BLONTANG : Jenis patung ini hanya dibuat dan dikenal oleh beberapa suku pedalaman, yaitu Dayak suku Benuaq dan suku Tunjung, terbuat dari bahan kayu ulin yang dipahat berbentuk manusia serta dihiasi dengan ukir-ukiran lain yang sesuai dengan selera dan keahlian sipemahatnya. Patung ini lazimnya dikatakan oleh mereka sebagai patung orang mati atau patung kuangkai karena dipergunakan dalam upacara adat Kuangkai (yaitu upacara pemindahan tulang dari tempat selong atau Lungun ketempat lain Templak, Klereng atau Taloh).

Pada upacara adat tadi patung blontang hanya berfungsi sebagai tempat mengikat hewan kerbau yang akan dikorbankan. Kerbau tadi dibunuh sedikit demi sedikit dengan mempergunakan senjata tombak yang kemudian barulah ditamatkan riwayatnya dengan cara disembelih. Kemudian darah binatang ini diambil dan dipelaskan pada tempat atau wadah menyimpan tulang tadi yang memang sudfah tersedia.

Maksud pembunuhan kerbau ini, menurut kepercayaan suku tersebut, diantaranya adalah sebagai penebus dosa almarhum yang diperbuatnya selama masih hidup, juga kelak akan dipergunakan oleh mereka (simati) sebagai teman tunggangan sewaktu menuju ketempat peristirahatan terkahir yang disebut Gunung Lumut.

2.  PATUNG NGUGU TAHUN : patung ini juga hanya dikenal oleh dayak suku Benuaq dan Tunjung, terbuat dari bahan kayu ulin yang dipahat berbentuk manusia dan yang biasanya terbanyak hanya berbentuk bunga-bungaan yang kelihatan masih kuncup.
Patung Ngugu Tahun ini pada waktu meletakkan atau menancapkannya selalu menghadap kearah matahari terbit, berbeda dengan patung blontang yang selalu mengarah kesebelah matahari terbenam. Dalam upacara adat Ngugu Tahun atau pelas Tahun umumnya binatang yang dibunuh adalah babi, anjing dan ayam yang cukup banyak jumlahnya, yang kemudian darah binatang-binatang tadi dipelaskan untuk keselamatan negeri dengan maksud agar jin-jin atau syaitan-syaitan penghuni kampung tersebut tidak akan mengganggu mereka, juga kepada tanam-tanamannya.

Dalam kesempatan ini maka dilaksanakan pula acara-acara adat lainnya dan pengobatan-pengobatan kepada penduduk yang dalam keadaan sakit.

3.  PATUNG BALAI/BELIAN : Patung ini juga berasal dari suku Dayak Benuaq dan Tunjung yang dibentuk kecil-kecil panjang setinggi 1½ s/d 2 mtr, bahan dari kayu ulin yang berupa manusia yang ditata sedemikian rupa dan khusus dibuatkan tempat sesajen untuk si tukang belian.
a.  Patung Balai Joata : Patung ini digunakan sewaktu upacara adat belian untuk anak-anak yang belum pernah menginjakkan kakinya ke tanah dan mandi di sungai, setelah dilakukan adat ini barulah si anak tadi diperkenankan untuk turun ketanah dan mandi ke sungai. Pada waktu upacara adat ini dilakukan pembunuhan binatang jenis babi yang berwarna putih dan ayam yang bulu putih pula.

b. Patung Balai Nayuk : digunakan sewaktu upacara adat belian Pelas Tahun untuk memberi makan penjaga-penjaga kampung atau negeri, yaitu jin dan hantu-hantu yang selalu mengganggu mereka. Pada waktu upacara adat ini dibunuh babi biasa dan ayam yang berbulu merah. Dalam kesempatan ini juga kepada orang yang sedang sakit dilakukan pengobatan.

4.  Selain jenis patung-patung seperti tersebut diatas juga terdapat lagi jenis patung lainnya dari setiap suku dengan bentuk dan motif masing-masing misalnya:
Patung tanda kubur/nisan, patung tanda kampung dan patung tanda lamin dan jenis lain-lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar