Persidangan Sinode Tahunan (PST) GPIB 2024

Persidangan Sinode Tahunan (PST) GPIB 2024 akan dilaksanakan di Musyawarah Pelayanan Kalimantan Timur II sebagai tuan rumah

Selasa, Januari 11, 2011

PERISTIWA MERAH PUTIH

Pernah disekap Belanda, Gudang Senjata berhasil direbut
PERISTIWA MERAH PUTIH

Sangasanga, 27 Januari 1947

Jika di Bandung terkenal dengan peristiwa bersejarah Bandung Lautan Api, di Sangasanga yang merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara (KUKAR) juga memiliki peristiwa heroik mempertahankan Kemerdekaan RI.

Peristiwa heroik di Sangasanga itu disebut dengan Peristiwa Merah Putih 27 Januari, yang selalu diperingati setiap tahun dengan upacara bendera dan berbagai kegiatan lainnya. Peringatan Peristiwa Merah Putih Sangasanga berawal ketika tentara belanda (NICA) pada tahun 1945 menguasai Sangasanga yang memang kaya sumber minyak.

Hal tersebut membuat rakyat Sangasanga bersikeras mengusir belanda, dengan melakukan perlawanan tiada hentinya. Hingga pejuang Sangasanga mengadakan rapat dan tercetuslah rencana merebut gudang senjata Belanda dengan cara mengalihkan perhatian penjajah kepada berbagai keramaian kesenian daerah pada 26 Januari 1947.

Ditengah keramaian itu, para pejuang membagikan senjata dan amunisi untuk merebut kekuasaan pada pukul 03.00 wita dinihari 26 Januari 1947. Perjuangan pun berhasil. Sehingga pada pukul 09.00 wita kota Sangasanga berhasil dikuasai pejuang, ditandai dengan diturunkannya bendera belanda di Sangasanga Muara oleh La Hasan.

Bendera Belanda yang terdiri tiga warna yakni merah, putih dan biru ini kemudian dirobek warna birunya dan dinaikkan kembali bendera yang tinggal berwarna merah putih dengan upacara yang dihadiri para pejuang dan seluruh masyarakat dengan teriakan "Merdeka!!!."

Peristiwa tersebut tentu saja meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi warga Sangasanga, terlebih para pelaku peristiwa heroik tersebut.

H Paiman, pria yang tahun ini berusia 83 tahun merupakan saksi hidup sekaligus pelaku peristiwa Merah Putih Sangasanga. H Paiman yang kini menjabat Ketua LVRI Sangasanga itu mengatakan saat peristiwa tersebut dirinya berusia tujuh belas tahun, dengan jiwa mudanya Paiman juga ikut melakukan perlawanan kepada penjajah bersama rakyat Sangasanga lainnya.

Paiman juga beberapa kali ditangkap oleh penjajah, karena ikut dalam kelompok pemuda yang berjuang mengusir Belanda. Pada 26 Januari 1947 itu, Paiman bersama rekan-rekannya tengah disekap Belanda. tetapi para pejuang lainnya yang tak tertangkap membuat strategi untuk merebut gudang senjata Belanda.

Teman-teman berhasil mengecoh belanda, gudang senjatanya dicuri, kamipun dibebaskan dan dibagi senjata. Saya ingat waktu itu saya kebagian dua buah granat, lalu kami bersama-sama melakukan perlawanan,"ujarnya saat ditemui di Kantor Camat Sangasanga. Dan kemudian setelah berbincang-bincang dilanjutkan melihat beberapa lokasi bukti sejarah Peristiwa Merah Putih. (1) bersambung...

sumber: Kaltim Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar