SELAMAT TAHUN BARU

Buat sahabat saya di seluruh pelosok Nusantara dan Manca Negara, Saya mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2025

Jumat, November 29, 2024

 

HORAS KUKAR   BATU telah beberapa kali dipindahkan. Kini lokasinya berada di kawasan cagar budaya di Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

 

Berdasarkan fungsinya sebagai peringatan atas kebajikan dan kedermawanan Maharaja Murawaman pada awal abad ke-5 Masehi, seharisnya didirikan. Perbedaan warna pada ujung saputangan giok yang lebih gelap menunjukkan bahwa batu itu didirikan. Ini karena bagian-bagiannya terkubur di bawah permukaan. Menurut ahli geologi, warna gelap itu karena belum teroksidasi menjadi singkapan yang terekspose sinar matahari.

 

Sementara itu, nama Lesong Batu sebenarnya kurang tepat. Kemiripan dengan lesung hanya terletak pada bentuknya yang memanjang. Namun, tidak ada rongga untuk penggilingan padi.

 

Sekarang kita telah mengetahui bahwa benda itu adalah yupa. Jika ingin terekpos beda dengan prasasti yupa, maka bisa saja disebut yupa niraksara.

 

Upacara di padang yang disebut waprakeswara itu berjalan menurut ajaran kitab Weda. Selepas ritual selesai, para brahmana mengabadikannya. Mereka membangun tujuh tugu bertuliskan aksara Pallawa dalam bahasa Sanskerta. Tugu-tugu tersebut dikenal sebagai prasasti yupa yang kini disimpan di museum Nasional Jakarta. Dari tujuh buah Prasasti Yupa yang ditemukan, empat diantaranya ditemukan pada 1879, sedangkan tiga lainnya pada 1940. Prasasti Mulawarman yang beraksara Pallawa menandai awal zaman keberaksaraan di Indonesia. Aksara Pallawa berasal dari India selatan yang sangat mungkin merupakan aksara semi silabik yang berakar dari aksara Brahmi. Meskipun tidak memuat angka tahun, prasasti-prasasti Mulawarman dapat diperkirakan berasal dari abad ke-4 – 5 Masehi berdasarkan gaya penulisannya. DeCasparis berpendapat bahwa aksara pada prasasti-prasasti Mulawarman tergolong Early Pallawa atau Pallawa dari masa-masa awal, dan memiliki box-heads, yaitu bentuk segi empat kecil sebagai kepala akasa (de Casparis 1975:14-20).

 

Dalam sejarah penemuannya, ketujuh yupa tersebut tidak ditemukan secara bersamaan. Awalnya hanya ditemukan 4 buah yupa. Penemuan ini pertama kali dilaporkan oleh Asisten Residen Kutei kepada pimpinan Bataviaasch Genootschap van Kusten en Wetenschappen tanggal 9 September 1879. Setahun kemudian, tahun 1880, keempat yupa tersebut dibawa ke Batavia (Jakarta) dan disimpan dalam koleksi Arkeologi di Museum Bataviaasch Genootschap van Kusten en Wetenschappen yang sekarang menjadi Museum Nasional, dengan nomor inventaris D 2a-d. Pada akhir tahun 1940 ditemukan lagi 3 yupa di daerah yang sama. Ketiga yupa ini pun dibawa ke Jakarta untuk disimpan di Mesum Nasional Indonesia (MNI) dan diberi nomor inventaris D 175-D 177.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar