yang tetap memilih kenangan yang pergi
Orang-orang yang sudah melambat jantung
Yang menaburkan garam sebelum anda bermuara pada tempat ini.
Burung camar yang sudah patah kedua sayap.
Mercusuar yang tak lagi bersinar.
Kenapa kita tidak pernah menyebut dan meneriakkan nama yang hilang,
dengan mengirimkan salam yang tak pernah kita sampaikan ke rumahnya.
Tak pernah sampai.
Apakah harus mereka memilih cara menguburkan diri mereka sendiri.
Y. R. Soelarso (81 tahun), meninggal tanggal 18 Agustus
2014. Sosok sederhana, tidak muluk-muluk, berpakaian apa adanya, kadang mata
sipit melihat cara berpakaian yang tidak sesuai dengan zaman sekarang, Pegawai Negeri
Sipil, kata orang beliau orang yang jujur dan murah hati. Cuaca panas,
rintik-rintik hujan selalu jalan kaki.
Saya (Tuani Sianipar)
sedikit mengenal beliau, banyak bercerita kepada saya waktu beliau masih muda dan sampai menikah.
Beliau pernah bercerita waktu ditugaskan ke Sumatera Utara, ke Soposurung, Balige,Sibolga,Ssiantar,
Medan, dll. Waktu itu zaman perang (ngeri-ngeri sedaplah ceritanya…panjang
ceritanya…), dan kemudian ditugaskan ke Kalimantan Timur/Tenggarong (ceritanya
juga ngeri-ngeri sedap), kadang saya ketawa, kadang juga saya sedih mendengar
pengalaman beliau.
Berikut wawancara saya dengan beliau tentang awal mula
berdirinya gereja GPIB Efata Tenggarong (tahun wawancara lupa), tanpa diedit:
Kalau nggak salah Pak Samiorejo dating kesini (tahun lupa)
dari Maluhu pertama (Pak Samiorejo), dia kan Majelis disana, dating kesini (ke
rumah saya, kerumah ini) mau kebaktian keluarga disini, itu permulaannya, kebaktian
di rumah saya ini, saya senang sekali…saya senang sekali..ya sudah dating, lalu
waktu itu disini belum ada gereja, kristian center belum ada sama sekali, kalau
nggak salah gereja Katolik ya ada waktu itu, Kingmi (saya lupa), mereka dating
kesini, lalu saya ini mengundang teman-teman yang saya kenal, yang Kristen tapi
belum punya gereja, yang saya ingat … Pak Pardede, Pak Sinaga…dating kesini,
setelah selesai kebaktian mereka tidak terus pulang, ngomong-ngomong sama saya,
bagaimana kalau kita…apa namanya…munculkan jemaat di tenggarong ini, gitu
lo…jemaat GPIB, mau diwujudkan jemaat GPIB (ngomong-ngomong gitu…) karena waktu
itu yang dating tidak hanya pak pardede sama pak sinaga, ada beberapa orang
Kristen tapi tidak punya gereja di darat-darat sana, kebanyakan orang-orang
dari jawa…banyak dulu…sampai penuh ini, mereka dari belakang Kristen center
banyak orang-orang jawa..banyak orang Kristen disitu, habis itu…ya itu
ngomong-ngomong bertiga kami, terus..sudah kalau begitu…kita beritahu
teman-teman, lalu sementara kebaktian di kristian center, sementara disitu
sudah ada bangunannya…mulai bupati pak Dahlan..saya tidak tahu lupa
pengurusnya, Tanya-tanya siapa pengurusnya…orang Kristen juga…sudah
meninggal…lalu hubungi oh bagus…boleh-boleh…ya sudah..kami lalu kebaktian
disitu…nah ini jangan dicatat (rahasia/diedit…...........................................) …trus saya ya ngomong lagi
sama pak pardede, pak sinaga, lalu saya datangkan…ngomong-ngomong mau bikin
kebaktian di kristian center…lalu ada orang-orang marah kalau ada kebaktian
disitu, lalu bupati mendengar (pak …siapa ya…lupa saya…Dahlan), lalu dikasih
tanah yang sekarang ini, yang dipakai sekarang yang di jalan maduningrat, yang
ada dulu bangunan….. Kami bangun, ada bantuan dari Bupati, Samarinda, dari
pendeta (saya lupa….orang Sulawesi utara), gotong royong…akhirnya
jadi….bertahap itu, saya, woko (orang jawa….saya lupa…saya pikun ni…)…anaknya
ada yang jadi……(saya tidak ada catatan)….(dulu saya catat tapi hilang entah dimana
saya taro…), kerja bakti…gotong royong, kami urunan….tidak ditentukan…ada yang
nyumbang bahan, uang….akhirnya jadi….kami kebaktian disana…belum ada pendeta
waktu itu, lalu kami minta bantuan pendeta samarinda…pak…. (lupa) orang
Sulawesi utara…putih-putih….dia pendeta .. bukan vikaris, saya yang minta ke
samarinda supaya dilayani…(lupa saya tahunnya)….sudah itu dikasih vikaris…kalau
saya nggak salah... namanya….(saya lupa), trus setelah vikaris dikasih
pendeta….trus…saya waktu itu saya jadi anggota majelis, waktu zaman viktor
hutauruk saya jadi sekretaris, kalau rapat sampai malam saya nggak kuat, lalu
mengundurkan diri….gitu ceritanya…trus (wawancara sedikit melebar urutan-urutan
pendeta yang pernah melayani di efata waktu zamannya beliau).
Yang pertama meresmiKan ya dari samarinda…kita mengundang..
Selamat Jalan Bapak Y. R. Soelarso
Damai bersama Yesus Kristus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar