SELAMAT NATAL

Buat sahabat saya di seluruh pelosok Nusantara dan Manca Negara, Saya mengucapkan SELAMAT NATAL 2024 dan TAHUN BARU 2025

Senin, September 22, 2014

Aku tidak menemui sayapku disini,
yang tetap memilih kenangan yang pergi
Orang-orang yang sudah melambat jantung
Yang menaburkan garam sebelum anda bermuara pada tempat ini.
Burung camar yang sudah patah kedua sayap.
Mercusuar yang tak lagi bersinar.
Kenapa kita tidak pernah menyebut dan meneriakkan nama yang hilang,
dengan mengirimkan salam yang tak pernah kita sampaikan ke rumahnya.
Tak pernah sampai.
Apakah harus mereka memilih cara menguburkan diri mereka sendiri.

Y. R. Soelarso (81 tahun), meninggal tanggal 18 Agustus 2014. Sosok sederhana, tidak muluk-muluk, berpakaian apa adanya, kadang mata sipit melihat cara berpakaian yang tidak sesuai dengan zaman sekarang, Pegawai Negeri Sipil, kata orang beliau orang yang jujur dan murah hati. Cuaca panas, rintik-rintik hujan selalu jalan kaki.

Saya (Tuani Sianipar) sedikit mengenal beliau, banyak bercerita kepada saya  waktu beliau masih muda dan sampai menikah. Beliau pernah bercerita waktu ditugaskan ke Sumatera Utara, ke Soposurung, Balige,Sibolga,Ssiantar, Medan, dll. Waktu itu zaman perang (ngeri-ngeri sedaplah ceritanya…panjang ceritanya…), dan kemudian ditugaskan ke Kalimantan Timur/Tenggarong (ceritanya juga ngeri-ngeri sedap), kadang saya ketawa, kadang juga saya sedih mendengar pengalaman beliau.



Berikut wawancara saya dengan beliau tentang awal mula berdirinya gereja GPIB Efata Tenggarong (tahun wawancara lupa), tanpa diedit:



Kalau nggak salah Pak Samiorejo dating kesini (tahun lupa) dari Maluhu pertama (Pak Samiorejo), dia kan Majelis disana, dating kesini (ke rumah saya, kerumah ini) mau kebaktian keluarga disini, itu permulaannya, kebaktian di rumah saya ini, saya senang sekali…saya senang sekali..ya sudah dating, lalu waktu itu disini belum ada gereja, kristian center belum ada sama sekali, kalau nggak salah gereja Katolik ya ada waktu itu, Kingmi (saya lupa), mereka dating kesini, lalu saya ini mengundang teman-teman yang saya kenal, yang Kristen tapi belum punya gereja, yang saya ingat … Pak Pardede, Pak Sinaga…dating kesini, setelah selesai kebaktian mereka tidak terus pulang, ngomong-ngomong sama saya, bagaimana kalau kita…apa namanya…munculkan jemaat di tenggarong ini, gitu lo…jemaat GPIB, mau diwujudkan jemaat GPIB (ngomong-ngomong gitu…) karena waktu itu yang dating tidak hanya pak pardede sama pak sinaga, ada beberapa orang Kristen tapi tidak punya gereja di darat-darat sana, kebanyakan orang-orang dari jawa…banyak dulu…sampai penuh ini, mereka dari belakang Kristen center banyak orang-orang jawa..banyak orang Kristen disitu, habis itu…ya itu ngomong-ngomong bertiga kami, terus..sudah kalau begitu…kita beritahu teman-teman, lalu sementara kebaktian di kristian center, sementara disitu sudah ada bangunannya…mulai bupati pak Dahlan..saya tidak tahu lupa pengurusnya, Tanya-tanya siapa pengurusnya…orang Kristen juga…sudah meninggal…lalu hubungi oh bagus…boleh-boleh…ya sudah..kami lalu kebaktian disitu…nah ini jangan dicatat (rahasia/diedit…...........................................) …trus saya ya ngomong lagi sama pak pardede, pak sinaga, lalu saya datangkan…ngomong-ngomong mau bikin kebaktian di kristian center…lalu ada orang-orang marah kalau ada kebaktian disitu, lalu bupati mendengar (pak …siapa ya…lupa saya…Dahlan), lalu dikasih tanah yang sekarang ini, yang dipakai sekarang yang di jalan maduningrat, yang ada dulu bangunan….. Kami bangun, ada bantuan dari Bupati, Samarinda, dari pendeta (saya lupa….orang Sulawesi utara), gotong royong…akhirnya jadi….bertahap itu, saya, woko (orang jawa….saya lupa…saya pikun ni…)…anaknya ada yang jadi……(saya tidak ada catatan)….(dulu saya catat tapi hilang entah dimana saya taro…), kerja bakti…gotong royong, kami urunan….tidak ditentukan…ada yang nyumbang bahan, uang….akhirnya jadi….kami kebaktian disana…belum ada pendeta waktu itu, lalu kami minta bantuan pendeta samarinda…pak…. (lupa) orang Sulawesi utara…putih-putih….dia pendeta .. bukan vikaris, saya yang minta ke samarinda supaya dilayani…(lupa saya tahunnya)….sudah itu dikasih vikaris…kalau saya nggak salah... namanya….(saya lupa), trus setelah vikaris dikasih pendeta….trus…saya waktu itu saya jadi anggota majelis, waktu zaman viktor hutauruk saya jadi sekretaris, kalau rapat sampai malam saya nggak kuat, lalu mengundurkan diri….gitu ceritanya…trus (wawancara sedikit melebar urutan-urutan pendeta yang pernah melayani di efata waktu zamannya beliau).

Yang pertama meresmiKan ya dari samarinda…kita mengundang..

Selamat Jalan Bapak Y. R. Soelarso
Damai bersama Yesus Kristus



Tidak ada komentar:

Posting Komentar